|
kue carabikang - by Catatan Tsani |
Bagi
pecinta kuliner Indonesia, variatifnya makanan lokal khas daerah adalah sebuah tantangan
untuk menikmatinya satu demi satu. Kekayaan kuliner ini merupakan warisan
kelezatan yang tidak hanya untuk kita nikmati, tapi juga harus kita
lestarikan. Masalahnya, kuliner dengan citarasa asli yang unik dan otentik
mulai jarang ditemui
Bicara
soal citarasa, pasti tidak akan lepas dari kualitas bahan yang digunakan.
Misalnya, untuk membuat makanan khas suatu daerah, orang rela bersusah payah
mendatangkan bahan mentah dari daerah asalnya. Sama halnya untuk menghasilkan
citarasa otentik kue tradisional jaman dulu, diperlukan bahan dengan kualitas
yang sama baiknya. Salah satunya, margarin. Hadirnya berbagai merk margarin
saat ini membuat kita harus cermat dalam memilihnya. Memilih margarin yang
sudah terbukti melezatkan sejak dulu, adalah pilihan bijak bila ingin
mendapatkan citarasa khas makanan jadul (jaman dulu)
Gencarnya pengaruh budaya luar negeri
juga sangat berpengaruh pada perkembangan kuliner Indonesia. Budaya luar negeri
diserap dan disesuaikan, maka lahirlah jajanan kekinian, hasil perkawinan
citarasa barat dan timur, seperti serabi solo dengan saus bolognese, gemblong
keju, martabak green tea (matcha), kue terang bulan red velvet, pizza dengan
topping ayam bumbu gulai, dan sederet menu baru lain yang memperkaya sajian
kuliner kita.
Di
satu sisi, pengaruh budaya luar bisa memperkaya kuliner Indonesia, namun di
sisi lain juga sedikit menggeser posisi kuliner citarasa asli. Banyak jenis
makanan khas tempo dulu yang sekarang mulai dilupakan. Coba tanyakan kepada
anak muda jaman sekarang, mungkin akan sedikit sekali yang masih mengenal kue
jongkong, kue bongko, kue moto kebo, carabikang, sengkulun, dan banyak
lagi jenis kue tradisional yang sekarang sudah sangat jarang ditemui.
Banyak
pebisnis kuliner yang sudah mulai meninggalkan resep original, dan mengganti
sebagian bahan dengan alasan untuk kemudahan dan memangkas biaya bahan.
Penggunaan daun suji digantikan dengan pewarna makanan, daun pandan digantikan
dengan essence pandan, bungkus daun pisang digantikan dengan bungkus plastik
atau mika, penggunaan kayu bakar digantikan dengan kompor gas, pun akibatnya
citarasa yang dihasilkan akan berbeda. Sementara itu, hanya ada satu di antara
seribu yang masih mempertahankan resep warisan leluhur secara turun temurun.
Kuliner
dengan citarasa otentik tetap memiliki tempat khusus di hati para penikmatnya.
Bagaimanapun inovatif dan kreatifnya citarasa ciptaan baru, yang otentik tetap
lebih disukai. Citarasa khas ini mampu membuat orang Indonesia yang hidup di
luar negeri selalu merindukan kampung halamannya. Goodness from Heritage
yang serasa melambai-lambai memanggil untuk pulang, dan mengingatkan kita akan
kenangan manis masakan ibu semasa kecil dulu. Pun para pendatang juga tertarik
mencicipi keunikan khasnya.
Adalah
tugas kita, untuk sebisa mungkin melestarikan warisan kelezatan dari
nenek moyang. Perlu upaya untuk mempopulerkan kembali jajanan tradisional asli
Indonesia, demi masa depan kuliner kita. Agar kenangan manis masakan ibu tidak
hanya sekedar kenangan, tapi juga tetap bisa kita nikmati dengan sentuhan
tangan kita sendiri. Ya, kita, para penikmat kuliner Indonesia. Kalau bukan
kita, siapa lagi?.
#WarisanKelezatan #GoodnessFromHeritage #PalmboomCakeMargarin